Malam all,
walaupun pulang malam tapi tetep ya sempetin waktu untuk sapa temen2 di fb dan reply email yg masuk.
Setelah cek ini itu, gue membaca sebuah tulisan di fb....merenung, dan akhirnya buka blog.
Ini adalah respon dari tulisan yang gue baca di fb tadi.
Tulisan tersebut gak lain adalah tulisan yang gue tulis sendiri dan share ke facebook.
(baca: turning point)
Setelah direnungi, ternyata dua contoh turning point pada tulisan gue sebelumnya adalah sejenis musibah.
well, mungkin kata 'musibah' terlalu berat ya, kita ganti deh sama 'cobaan', 'ujian', atau 'kesempatan'. Apapun kata yang kamu pilih, tapi intinya ada lah sesuatu yang menyedihkan, memberatkan...pokoknya ga enak deh.
Saat '....' terjadi (isi sendiri dg kata yg paling pas),
kita dihadapkan pada dua jalan yang akan kita pilih salah satunya,
bangkit berdiri,
atau roll over and die.
sayangnya sebagian orang lebih suka ' terjatuh untuk dapat berdiri lagi'
tapi gue lebih suka 'berjinjit ketika berdiri'
Hmm....
sudah tau kemana ujung tulisan ini?
Apa kita harus dapet nilai merah dulu baru mau belajar?
Harus jatuh miskin dulu baru mau kerja keras?
Tunggu divonis kanker paru-paru dulu baru berhenti merokok?
atau dalam kasus pribadi,
apa kebahagian keluarga di rumah harus diputar 180' baru gue mau berubah?
.....nulisnya aja udah merinding ketakutan.
that kind of TURNING POINT, I DON'T WANT IT !!!
TURNING POINT..I DON'T WANT IT
TURNING POINT
Waktu hadir dia acara Oriflame Opportunity Meeting d'BCNetwork tanggal 12 Maret, ada sesi sharing oleh orang-orang yang sudah sukses di bisnis oriflame.
Sang MC bertanya kepada salah satu dari mereka,
"apa turning point yang membuat Anda ambil keputusan untuk jalani bisnis Oriflame?"
jawabannya adalah karena ayahnya divonis harus menjalani operasi jantung yang (kita semua udah tau ya) biayanya besar. Mengingat jerih payah & pengorbanan ayahnya selama membesarkan dia, sang anak merasa sangat tidak berguna karena hanya dapat membalas ayahnya dengan Taspen.
Mulai saat itu, dia berjanji untuk bekerja jauh lebih keras agar dapat memberikan yang lebih baik dari sekedar Taspen. Itulah turning poitnya.
Jadi inget masa kecil.
Suatu malam, kakak saya muntah-muntah gak berenti. Dilihat dari muntahannya *hoeek* adalah jagung bakar yang dia makan tadi siang dengan rakusnya. Masih butir-butir pula bentuknya. Katanya sih, mulai saat itu dia gak mau lagi makan banyak *rakus*.
Dari dua contoh di atas cukup jelas ya, ternyata (beberapa ) orang butuh sebuah 'turning point' untuk sadar dan menjadi lebih baik.
Disakiti dulu, baru sadar harus berubah.
Bukannya malah shock, sedih berlama-lama, trus melemah.
Eh, buat apa?! Di awal sama2 dicambuk. Di awal sama-sama disakiti kok.
Kenapa memperburuk keadaan dengan memilih KALAH ???
Memang, kalau perlu, kuda pacu harus dicambuk dulu, baru deh bisa lari lebih kencang.
Sakit memang,
tapi lari.... terus lari dan MENANG!!